ATENSI KHUSUS
Kampung Kapitan #1
Kaganga.com, Palembang - Kampung kapitan merupakan bukti warisan sejarah etnis tionghoa di Sumatera Selatan, banyak hal-hal menarik yang didapati disana, diantaranya bangunan-bangunan tua bernuansa cina, tempat abu, kuil dan patung pagoda yang terdapat di taman kecil didepanya.
Diceritakan oleh, Budayawan Palembang, Ali Hanafiah, Kampung kapitan sejak dulu merupakan sebuah kampung cina yang ada di Palembang. Bukan hanya sebagai pemukiman warga Tionghoa saja, tempat ini memiliki sejarah dan budaya etnis Tionghoa sejak masa Kolonial Belanda.
"Ini bisa dilihat dari bentuk Bangunan yang ada di Kampung Kapitan, atapnya mengadopsi gaya rumah limas adat Palembang, sedangkan bagian dalam rumah bernuansa sentuhan budaya cina," ujarny saat dibincangi Kaganga.com, Rabu (19/08/2015).
Lokasi Kampung Kapitan ini bertempat di 7 ulu. Untuk kesana bisa diakses dengan jalur sungai dengan menggunakan perahu jika naik dari arah ilir di Benteng Kuto Besak. Atau bisa juga dengan perjalanan darat lewat kanan pasar 7 ulu. Dari pantauan, pertama memasuki kampung ini kita akan menemui tulisan Kampung Kapitan diatas gerbangnya. Dari sini suasana seperti di Negeri Tionghoa masih sangat terasa, bahkan masih terlihat beberapa orang yang bermata sipit berlalu lalang. Berbagai aktivitas mereka jalani, namun kebanyakan mereka berdagang makanan seperti pempek dan makanan lain. Beberapa dari mereka ada juga yang merantau untuk mengadu nasib diluar kota.
"Masih banyak orang tionghoa disini, ada yang berjualan , namun banyak yang sudah pergi keluar kota," ujar warga di Kampung Kapitan, Ilham.
Lebih lanjut dikatakan , Ketua Masyarakat Sejarahwan Indonesia, Farida, dari sejarahnya, nama Kampung Kapitan diambil dari nama jabatan seorang pria asal China yang merupakan seorang pemimpin di wilayah tersebut. Dahulu Ia dipilih Belanda sebagai pemimpin atau Kapitan berdasarkan status ekonomi tertinggi di kampung itu.
"Dulunya, tugas dari Kapitan antara lain mengurus kependudukan, pernikahan, perceraian, serta pembayaran pajak yang nantinya akan disetor ke kompeni Belanda," jelas Farida.
Kini Kampung Kapitan telah dijadikan tempat Wisata oleh Pemkot Palembang. Objek wisata yang menarik ditenpat ini adalah Tiga bangunan kuno yang berukuran besar dengan bentuk gabungan rumah Limas dan bangunan khas China. Diantara tiga rumah tersebut terdapat rumah untuk menyimpan abu dari keluarga yang meninggal dan tempat ini disebut Perabuan. Suasana sakral tradisi tionghoa sangat kuat terasa dibagunan ini, terlihat dari wadah perabuan dan warna merah dari garu yang ada disana ditambah pagoda yang berada di depanya.
Didalam ruangan terdapat ruang tamu, kursi, meja, foto-foto serta lukisan-lukisan. disini bisa dilihat foto kapitan ke 10 dengan pakaian dinasnya. Foto tersebut tampak seperti 3 dimensi yaitu sang kapitan akan terlihat selalu menghadap ke arah orang yang memandangnya. Selain itu terdapat tempat sembahyang, dan berbagai pernak-pernik peribadatan orang tionghoa.
Disebelah tempat perabuan kita bisa menemui gedung beton yang sudah mulai usang dimakan usia, bangunan ini konon dulunya sebagai tempat yang dipakai sang kapitan saat menerima tamu-tamunya dikala itu. Sekaligus sebagai lokasi pengadaan pesta tahunan etnis tionghoa dari berbagai status sosial dan ekonomi pada saaat itu.
Kampung Kapitan diperkirakan sudah ada sekitar 325 tahun yang lalu, tidak diketahui secara pasti tepatnya, karena hilangnya buku silsilah yang pertama, yaitu buku silsilah generasi 1-7. Sedangkan yang ada hanya buku silsilah generasi ke 8-12. Kapitan terakhir adalah generasi ke-10 yaitu Tjoa Ham Hin (1850) dan diangkat oleh Belanda pada tahun 1880 sampai beliau wafat pada tahun 1921. Saat ini generasi ke-13 masih ada di tempat ini.
Terlepas dari itu, adanya pembangunan taman disekitar tiga bangunan itu, menambah keindahan tersendiri bagi warga dan mereka yang berkunjung. Sebuah patung pagoda terdapat di tengah-tengah taman ini, sangat bagus untuk menikmati waktu santai disore hari, duduk disini sambil berfoto- foto. Karena sebelum dibuat menjadi sebuah taman, lokasi ini merupakan tempat warga etnis dan lokal bersantai. Namun sayang kebersihanya sekarang kurang diperhatikan, terdapat berbagai coretan cat di tembok dan sampah-sampah yang berserakan.
Tidak bisa dipungkiri bahwa kampung kapitan merupakan salah satu bagian unik kota Palembang, yang memiliki daya tarik tersendiri bagi para wisatawan yang berkunjung ke Palembang. Kampung ini merupakan bukti sejarah keberadaan bangsa etnis tionghoa yang sempat meraih masa kejayaanya dimasa itu. Kepedulian pemerintah sangat diharapkan, sebab aset ini tidak bisa dihilangkan begitu saja apalagi kalo pihak swasta sudah menyentuhnya maka akan tersa sulit. Warga etnis tionghoa sejak era 2000 an sudah tidak semudah dulu ditemui dan hanya beberapa saja saat ini yang masih bertahan tinggal ditempat ini. (Agus/Rizal)
Penulis : Achmad Kardo
Editor : Riki Okta Putra