Kaganga.com, Palembang - Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak di tujuh kabupaten/kota dinilai sejumlah kalangan sangat rentan terhadap timbulnya kecurangan-kecurangan, demi meraup suara yang maksimal.
Pengamat Politik Universitas Sriwijaya (Unsri), Alfitri menegaskan, jika hampir semua daerah yang menggelar pesta demokrasi di Sumsel teridikasi terjadinya kecurangan. Meski demikian, dari sekian banyak daerah tersebut, ia lebih menyoroti dua daerah, yakni Muratara dan Ogan Ilir.
"Kabupaten Pemekaran dari Musi Rawas tersebut sangat besar terjadinya pergesekan-pergesekan yang nantinya bisa berujung pada aksi-aksi massa. Apalagi, bakal calonnya diputuskan untuk gagal dalam salah satu tahapan tes beberapa waktu lalu," ujar Alfitri, Rabu (19/08/2015).
Tak hanya itu, sikap dan perilaku warga Muratara juga diakui berwatak cukup keras. Terutama di kalangan akar rumput. "Belum lagi, banyaknya etnis yang berada disana," imbuh dia.
Sedangkan Kabupaten Ogan Ilir (OI), selain masyarakatnya sangat kuat dengan agamis. Calon-calon yang akan maju pun memiliki latar belakang politik yang sangat kuat. Salah satunya, anak orang besar di Sumsel ini. "Tentu kalau kita lihat, cukup menarik pertarungan perebutan kursi nomor satu di kabupaten tersebut. Tapi disisi lain, peluang konflik juga bisa saja terjadi," ujarnya.
Menurut Alfitri, persinggungan tersebut bisa saja diredam dan diminimalisir dengan sosok atau figur yang nantinya akan maju. Artinya, semua ada ditangan sang calon. "Ia yang menentukan mau dibawa kemana massa pendukungnya. Dan kita harapkan, sang calon bisa mengarahkan massanya untuk bisa bersaing sehat, tertib dan sportif," tegas Alfitri.
Terpisah, Kepala Badan Kesatuan Kebangsaan dan Politik (Kesbangpol) Sumsel, Richard Cahyadi menilai, meski digelar secara serentak, tidak ada daerah yang masuk dalam kategori zona merah. Meski demikian, ada beberapa daerah yang wajib mendapatkan perhatian khusus, dan dilakukan monitoring secara maksimal.
"Contohnya Muratara. Indikatornya, bisa saja dipicu dari gagalnya tes kesehatan yang dilakukan bakal calon setempat," kata Richard.
Meski saat ini belum ada pergolakan, lanjut Mantan Kabag Kesra Sumsel ini, semua indikasi lain mulai terlihat jika memasuki tahapan Pilkada. "Tahapan Kampanye yang wajib kita pantau. Biasanya ada pergesekan masing-masing pendukung," imbuhnya.
Sama seperti pengamat, Richard pun menilai jika figur atau tokoh, berperan menetralisir jika keadaan mulai memanas. Kesbangpol sendiri terus berkoordinasi dengan sejumlah forum-forum untuk memonitor dan mengendalikan indikasi tersebut agar tidak cepat meluas.
"Sumsel ini masuk dalam daerah Zero Publik. Kita juga memiliki Forum-Forum Umat Kerukunan Beragama (FKUB), Forum Kewaspadaan Dini, Forum Pembauran. Mereka terus kita rangkul dan berikan pembinaan agar ritme pesta demokrasi kita tetap terjaga. Tokoh masyarakat juga memiliki andil besar," pungkasnya.
Penulis : Roy JM
Editor : Riki Okta Putra
Tag : figur kartu truf Pilkada