Kaganga.com, Palembang - Operasi internasional pemadaman titik api di wilayah Sumatera yang menyebabkan bencana kabut asap, kini tinggal menyisahkan negara Singapura. Dua negara sebelumnya yang juga ikut terlibat bersama tim pemadaman nasional, yakni Australia dan Malaysia dipastikan pulang ke negaranya masing-masing setelah habis masa tugasnya.
Sebelumnya, Australia sempat membawa pesawat pemadam jenis Lockheed L100 Hercules berkapasitas 15 ton air untuk memadamkan titik hotspot di Sumsel selama 5 hari sejak Senin (12/10). Sedangkan Malaysia membantu dengan menerjunkan pesawat amfibi buatan Bombardier, Kanada. Namun, bantuan Malaysia tersebut juga berakhir setelah mereka selesai menjalankan tugas pada Senin (19/10/2015).
"Setelah ditinggal Malaysia dan Australia, otomatis secara kekuatan tim pemadam kini hanya mengandalkan bantuan asing dari Singapura yakni helikopter Chinook yang mampu membawa kantong air raksasa, tentunya bantuan ini akan tetap dioptimalkan sampai tiba lagi dua pesawat Be-200 dari Rusia,"kata Ketua Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei usai memimpin rapat operasi pemadaman di Kantor BPBD Sumsel.
Willem mengakui, dengan berkurangnya bantuan dari dua negara asing tersebut membuat kekuatan tim operasi pemadaman jadi sedikit berkurang. Meski demikian, Willem menyebut aktivitas waterbombing yang dilakukan oleh tim pemadam akan tergolong masih cukup efektif.
"kapasitas kemampuan waterbombing kita sebelumnya mencapai 60 ton, namun berkurang 21 ton setelah pulangnya bantuan Australia dan Malaysia, dengan sisanya sekitar 39 ton masih dinilai sangat optimal untuk pemadaman di wilayah Sumsel,"ungkapnya.
Dia menegaskan, berkurangnya kapasitas waterbombing tim pemadam udara juga tak berlangsung lama karena pesawat Rusia akan menambah kembali kekuatan pada Rabu (21/10) nanti. Wilem menuturkan pesawat rusia yang disewa pemerintah RI tersebut tidak didaratkan diposko BNPB wilayah Sumsel tapi melainkan di pangkal pinang, Provinsi Bangka.
"Hal ini dikarenakan alasan teknis mengingat kapasitas bandara lanud SMB II sudah tidak memadai menampung banyaknya pesawat yang terparkir, selain itu alasan lainnya pesawat Rusia ditempatkan Pangkal Pinang karena memudahkan pesawat mencari sumber air dengan langsung melakukan scooping air laut disana,"ucapnya.
Penulis : Riki Okta Putra
Editor : Riki Okta Putra