8 Okt 2015 18:10

Seminggu Tidur Ditenda, Warga 8 Ulu Belum Terima Uang Hibah

Seminggu Tidur Ditenda, Warga 8 Ulu Belum Terima Uang Hibah

 

Kaganga.com, Palembang - Pasca seminggu eksekusi lahan Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang milik Pemerintah Provinsi (Pemprov), di jalan pangeran ratu 8 ulu Jakabaring, puluhan warga yang rumahnya telah dirobohkan oleh pihak Satuan Polisi Pamong Praja (SatpolPP) dan TNI masih betah bertahan di lahan yang sudah rata dengan tanah, Kamis (8/10/2015).

Pantauan Kaganga.com, beberapa warga memasang tenda menggunakan kain terpal demi berteduh, hal tersebut dilakukan karena rumah mereka sudah tidak bisa ditempati lagi. Parahnya dengan cuaca berasap dan lokasi lahan yang berdebu, sempat membuat warga khawatir akan kesehatan mereka.

Susi, salah satu warga yang bertahan mengungkapkan jika ia bersama warga lainnya belum bisa berpindah tempat dikarenakan pihak UIN belum memberikan uang ganti rugi sebesar Rp 6,5 juta, yang sebelumnya hanya Rp 2,5 juta.

"Sampe sekarang kami belum dikasih duit hibah, alasannyo sudah dibekuke, dikasih bates sampe 30 September kemarin, jadi kami yang belum ngambek duit dak kebagian sampe sekarang," katanya pada Kaganga.com.

Ia mengeluhkan, sikap Pemerintah yang tidak memikirkan nasib warga kecil, pasalnya sejak eksekusi hingga hari ini, warga hanya bergantung dengan menjual sisa puing-puing bangunan untuk menyambung hidup, serta meminta bantuan dengan keluarga mereka. Dirinya juga menuturkan, jika fasilitas seperti lampu sudah tidak bisa menyala karena dimatikan sambungan listrik oleh PLN, selain itu untuk mandi, hanya mengandalkan air sumur warga setempat.

"Jadi kalo malem disini gelep dek katek lampu, nak pindah jugo katek biaya, sedangkan kami bangun rumah biso ratusan juta," ungkapnya.

Ibu yang tinggal bersama sepuluh anggota keluarga, yakni empat anak kecil, dua pasangan suami istri dan dua orang tua, saat ini hidup di bawah tenda yang ukurannya hanya sekitar 1x2 meter. Untuk hari-hari, ia mengaku hanya memperoleh dari uluran tangan orang lain.

"Kami pengennyo ado wong yang sukarela ngasih kami nasi kotak jadilah, tapi sampe sekarang dak katek. Jadi kami cuma ngandelke apo yang pacak dijual biar biso makan," tuturnya.

Sama halnya dengan Heru, ayah dua anak ini sebelumnya bekerja sebagai tukang ojek, sekarang harus berhenti kerja untuk mengurus rumah mereka yang juga sudah diratakan dengan tanah. Terlihat beberapa alat perata jalan beraktivitas ditengah lahan eksekusi.

"Lah seminggu berenti ngojek, nak ngurus rumah dulu, untuk sekarang duit kadang minjem kadang jual barang siso dirumah," katanya.

Heru menuturkan jika pihak Satpol PP sempat mengancam jika warga memasang tenda dilahan tersebut akan dipidanakan. Namun hal tersebut tidak digubris oleh warga karena mereka tidak memiliki daya upaya untuk pindah.

"Sempet di tegur polPP nak dipidanake kalo masang tenda, padahal mereka dewek masang tenda dipinggiran sano," ketusnya.

Penulis : Fadhila Rahma
Editor : Riki Okta Putra

Tag : UIN gusur

Komentar