Kaganga.com, Palembang - Direktur Pencegahan dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Brigadir Jenderal Hamidin mengatakan, antara teroris satu dengan yang lain memiliki kaitan mulai dari pertalian darah, kekeluargaan, pengalaman atau pertemanan. Ini menandakan penyebaran paham terorisme dimulai dari sebuah kedekatan.
"Dalam sejarah pemberantasan terorisme di Indonesia, kita temukan pelakunya memiliki hubungan. Misal saudaranya teroris diikuti oleh adik ipar. Dari dulu sejak tragedi 1957 saat percobaan pembunuhan mantan Presiden RI Soekarno," ungkapnya usai seminar pencegahan terorisme di Hotel Best Skip Palembang, Selasa (11/8/2015).
Contoh lain pada kasus Bom Bali. Pelakunya Noerdin M Top, memiliki hubungan pertemanan dengan pelaku serangkaian aksi pemboman lain di Indonesia seperti dr Ashari dan Ali Imron. Menurut Hamidin, mereka memiliki satu pengalaman yang sama untuk melancarkan teror.
"Mereka itu pernah bertemu di Afganistan, sama-sama pernah mengikuti perang. Tapi intinya, mereka mendapat ajaran sesat oleh pihak yang sama," paparnya.
Kendati teroris dalam satu hubungan emosional, Hamidin mengatakan bukan berarti tergambar secara umum jika semua lingkarannya memiliki paham yang sama. Apalagi mengklaim keseluruhan keluarga, teman atau kedekatan mengusung misi teror di masyarakat.
"Jika bapaknya teroris bukan berarti anaknya juga. BNPT tidak pernah klaim satu kelompok, etnis apalagi agama. Cuma kebetulan pelakunya saja yang mengklaim dan mengangkat bendera mengatasnamanka agama atau kelompok tertentu," tegasnya.
Hamidin meminta masyarakat membantu pemerintah menanggulangi dan melakukan aksi cegah agitasi maupun propaganda terorisme. Baginya, peranan masyarakat begitu penting untuk menyelematkan bangsa dan generasi di dalamnya.
"Terorisme tidak akan pernah berhenti. Kalau pemerintah dan masyarakat waspada, mereka pun tidur. Tapi sebaliknya mereka tumbuh subur. Siapa sangka Poso yang menjadi idaman wisatawan justru muncul konflik. Teroris mencari tempat yang tenang dan damai, sekarang pun menyebar tidak secara fisik tapi media sosial," imbuhnya.
Penulis : Deryadli
Editor : Riki Okta Putra
Tag : terorisme penanggulangan BNPT