Kaganga.com PALEMBANG – Kasus yang melibatkan konten kreator Willy Salim kini memasuki babak baru. Bukan sekadar soal daging rendang 200 kilogram yang raib saat aksi sosial di Palembang, kini kasus itu menjelma menjadi polemik yang menyangkut harga diri warga kota. Laporan dugaan pencemaran nama baik terhadap Kota Palembang tengah diselidiki oleh Polrestabes Palembang.
Aksi sosial yang dilakukan Willy Salim awalnya bertujuan mulia. Ia menggelar kegiatan memasak rendang di kawasan Jembatan Ampera dan mengajak warga menikmati hasilnya secara gratis. Namun, sebelum masakan matang, daging sapi sebanyak 200 kg yang disiapkan justru ludes diserbu warga. Video kejadian itu diunggah Willy dan menjadi viral di media sosial, memicu kontroversi.
Alih-alih mendapat simpati, video tersebut menuai kecaman. Sejumlah tokoh masyarakat menilai konten itu justru memojokkan warga Palembang dan mencoreng citra kota. Respons keras pun muncul, hingga berujung pada laporan ke polisi atas dugaan pencemaran nama baik.
Kapolrestabes Palembang, Kombes Pol Harryo Sugihartono, membenarkan bahwa laporan terhadap Willy Salim sedang diproses oleh Satreskrim. “Saat ini dalam proses penyelidikan,” ucapnya singkat saat dikonfirmasi, Senin (21/4/2025).
Kasat Reskrim AKBP Andrie Setiawan menambahkan bahwa pihaknya telah memeriksa sejumlah saksi terkait kejadian tersebut. “Sudah ada 15 saksi yang kita mintai keterangan. Prosesnya masih terus bergulir,” jelasnya.
Terkait jadwal pemeriksaan terhadap Willy Salim sendiri, pihak kepolisian belum memastikan waktu pastinya. Namun, Andrie menegaskan bahwa pemanggilan akan tetap dilakukan seperti terhadap saksi lainnya. “Kita akan lihat perkembangan penyelidikan. Pemeriksaan terhadap yang bersangkutan akan dilakukan jika diperlukan,” katanya.
Sementara itu, di media sosial, netizen terbelah. Sebagian mendukung langkah Willy dan menyayangkan reaksi berlebihan, sementara yang lain menilai konten tersebut tidak etis dan terkesan menyudutkan warga lokal. Beberapa pihak juga mempertanyakan, apakah konten semacam itu sekadar dokumentasi atau sudah masuk ke ranah pencemaran nama baik?
Kasus ini membuka diskusi lebih luas soal batasan konten kreator dalam mengangkat isu sosial. Di satu sisi ada kebebasan berekspresi, namun di sisi lain, tanggung jawab moral dan etika terhadap komunitas lokal tak bisa diabaikan. Apakah Willy Salim hanya sedang ‘bercerita’ atau justru sengaja membangun narasi negatif? Biarlah penyelidikan yang menjawab.
Penulis : Reza Mardiansyah
Editor : Elly
Tag : Pemprov Sumsel Peristiwa